Laweut berasal dari kata Seulawet , sanjungan pada Nabi
Muhammad S.A.W tari ini di persembahkan oleh delapan orang wanita yang disebut
juga seudati iring. Tari ini di pergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dalam
keagamaan pendidikan dan pembangunan.
Tari Tarek Pukat
Tari ini merupakan tarian yang
diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh yaitu membuat jarring “pukat” dan
menangkap ikan dengan jaring ditengah laut. Suasana menarik pukat dengan
harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan dengan semangat kerja keras da
riang gembira yang sekali-kali terdengar teriakan senang pawang laut.
Tari Cangklak

Tari Meusago
Meusago disini diartikan bersudut,
bersegi dan berujung begitu lengkapnya persoalan yang di hadapi dan ibadah
manusia dengan manusia, dengan bermacam kehidupan yang dihadapi dan ibadah atau
hubungan dengan Tuhan, ide garapan tari ini sebagai syimbol gotong royong dan
persaudaraan merupakan wujud dari persatuan, satu kipas barang bermakna tapi
menakala bersamaan d paparkan menjadi satu manfaat bagi kehidupan.
Rapai Daboh
Rapai Daboh yaitu suatu permainan
ketangkasan atau kekebalan. Permainan Rapai Daboh terdiri dari seorang syekh
yang bergelar “Khalifah”, beberapa orang penabuh rebana (rapai), dan beberapa
pemain rencong atau senjata tajam lainnya, dimana saat mereka sedang menabuh
rebana memukul rapainya sambil bernyanyi dengan lagu-lagu tertentu terus
menikam-nikam anggota badan dengan sehebat-hebatnya, kadang-kadang rencongnya
menjadi bengkok, yang semuanya berada dibawah pimpinan/pengawasan khalifah. Apa
sebab tubuh mereka tidak dimakan senjata, hal ini menurut mereka oleh karena
suatu keyakinan bahwa yang berkuasa hanya Khalik (Tuhan) sedangkan makhluk
sama-sama tidak berkuasa; jadi besi makhluk dan manusia pun makhluk. Pada waktu
para penabuh rapai sedang memukul rebana sehebat-hebatnya, maka para pemain
rencong memusatkan seluruh pikirannya pada keyakinan diatas, sedikit pun tidak
boleh bergoyang, dan kalau goyang pastilah senjata akan makan tubuh mereka.
Tari Seudati
Seudati adalah perpaduan antara seni
suara dan seni tari. Seni Seudati adalah jenis kesenian yang diciptakan setelah
berdiri masyarakat islam Aceh yang berfungsi sebagai dakwah dan hiburan.
Seudati juga bernama Saman yang berasal kata dari bahasa Arab yang berarti
delapan. Dinamakan saman karena para pemainnya terdiri dari delapan orang yaitu
Syekh dan para pembantunya berpakaian seragam, yaitu celana pantalon hitam atau
putih, baju kaos putih berlengan panjang, di kepala para penari memakai
tangkulok.
Tari Rapai Geleng

Tari Meuseukat

Tari Ranub Lampuan
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal
di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut tamu terhormat dan
pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada
acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini
dimainkan oleh tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik
tradisional Seurunee Kalee. Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang
yang didalamnya berisi sirih (ranub) yang akan diberikan kepada tamu-tamu
sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari Ranub Lampuan gubahan dari
Tarian Aceh.
Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo dewasa ini sudah
menjadi salah satu tari wajib bagi murid sekolah dalam Kota Banda Aceh sebagai
mata pelajaran kesenian muatan lokal. Karena pada akhir tahun l980an nasib
tarian ini hampir punah dan kembali diperkenalkan pada PKA Pkan Kebudayaan
AcehIII tahun l988 hingga sudah berkembang dan populer di kalangan masyarakat.
Asal mula tarian ini berkembang di kawasan Pulo Besar Selatan dalam wilayah
gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, sekitar 30 mil dari dararatan
Kota
Banda Aceh. Maka tarian ini juga
dengan sebutan Likok Pulo Aceh. Tarian ini sebagai media pengembangan dakwah
Islam dimasa era kesultanan Aceh diciptakan oleh Ulama pendatang dari Arab yang
menetap di desa Ulee Paya dibawakan oleh 12 orang penari pria sambil duduk
rapat berlutut bahu membahu, dengan posisi sejajar. Di desa Ulee Paya dahulu
dipertunjukan di tepi pantai atas pasir sebagai pentasnya dan hanya digelari
sehelai tikar daun lontar atau pandan serta dibawakan pada malam hari sebagai
hiburan rakyat sambil berdakwah. Biasanya tarian ini mulai dipertunjukan puluk
21.00 WIB sampai menjelang subuh. Gerak tari Likok Pulo komposisinya dimulai
dengan gerakan salam anggukan kepala dan tangan yang diselangi gerakan pinggul.
Ritme tarian saling membentang dan seling ke kiri dan ke kanan sambil
melantunkan syair-syair pujian kepada Sang Khalik yang diiringi dengan musik
Rapai dan vokalis nyanyian syair Aceh.