Jumat, 16 September 2016

tari tradisional khas aceh

Tari Laweut
Laweut berasal dari kata Seulawet , sanjungan pada Nabi Muhammad S.A.W tari ini di persembahkan oleh delapan orang wanita yang disebut juga seudati iring. Tari ini di pergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dalam keagamaan pendidikan dan pembangunan.
Tari Tarek Pukat
Tari ini merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh yaitu membuat jarring “pukat” dan menangkap ikan dengan jaring ditengah laut. Suasana menarik pukat dengan harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan dengan semangat kerja keras da riang gembira yang sekali-kali terdengar teriakan senang pawang laut.
Tari Cangklak
Tari memgemalisasikan perempuan-perempuan cantik gemulai, energik dan sedikit genit dengan berbagai aksesoris yang dipakai dalam mengelilingi lekuk tubuh anggunnya, serta pelengkap busana yang senantiasa digunakan dan indetik dengan perempuan seperti payung, kipas, sapu tangan, perpaduan gerak dan tarian yang laku di aceh dengan tarian khas melayu dari daerah timur aceh.

Tari Meusago
Meusago disini diartikan bersudut, bersegi dan berujung begitu lengkapnya persoalan yang di hadapi dan ibadah manusia dengan manusia, dengan bermacam kehidupan yang dihadapi dan ibadah atau hubungan dengan Tuhan, ide garapan tari ini sebagai syimbol gotong royong dan persaudaraan merupakan wujud dari persatuan, satu kipas barang bermakna tapi menakala bersamaan d paparkan menjadi satu manfaat bagi kehidupan.
Rapai Daboh
Rapai Daboh yaitu suatu permainan ketangkasan atau kekebalan. Permainan Rapai Daboh terdiri dari seorang syekh yang bergelar “Khalifah”, beberapa orang penabuh rebana (rapai), dan beberapa pemain rencong atau senjata tajam lainnya, dimana saat mereka sedang menabuh rebana memukul rapainya sambil bernyanyi dengan lagu-lagu tertentu terus menikam-nikam anggota badan dengan sehebat-hebatnya, kadang-kadang rencongnya menjadi bengkok, yang semuanya berada dibawah pimpinan/pengawasan khalifah. Apa sebab tubuh mereka tidak dimakan senjata, hal ini menurut mereka oleh karena suatu keyakinan bahwa yang berkuasa hanya Khalik (Tuhan) sedangkan makhluk sama-sama tidak berkuasa; jadi besi makhluk dan manusia pun makhluk. Pada waktu para penabuh rapai sedang memukul rebana sehebat-hebatnya, maka para pemain rencong memusatkan seluruh pikirannya pada keyakinan diatas, sedikit pun tidak boleh bergoyang, dan kalau goyang pastilah senjata akan makan tubuh mereka.
Tari Seudati
Seudati adalah perpaduan antara seni suara dan seni tari. Seni Seudati adalah jenis kesenian yang diciptakan setelah berdiri masyarakat islam Aceh yang berfungsi sebagai dakwah dan hiburan. Seudati juga bernama Saman yang berasal kata dari bahasa Arab yang berarti delapan. Dinamakan saman karena para pemainnya terdiri dari delapan orang yaitu Syekh dan para pembantunya berpakaian seragam, yaitu celana pantalon hitam atau putih, baju kaos putih berlengan panjang, di kepala para penari memakai tangkulok.
Tari Rapai Geleng
Rapai adalah jenis tamborin yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah lagu atau tarian. Permainan Rapai telah dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan berbagai macam lenggak-lenggok yang indah. Ini merupakan dobrakan penampilan sebuah tarian baru yang disebut “Rapai Geleng”. Tarian ini dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap mereka memainkan Rapai (tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu, mereka melakukan berbagai gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para penari hampir sama dengan tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat dinikmati dan menyenangkan.
Tari Meuseukat
Tarian Meuseukat adalah tarian yang sangat pupuler di Aceh yang berasal dari Kab. Aceh Selatan. Tarian ini dimainkan oleh 10 atau 12 penari dan 2 orang penyanyi. Khusus untuk wanita mengambil posisi dengan cara duduk/berlutut dalam satu barisan dan membuat gerakan tubuh dengan tangan dan kepala. Nyanyian yang berisi pujian atau doa yang dimulai dengan gerakan lambat sampai dengan gerakan cepat.
Tari Ranub Lampuan
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee. Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub) yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.
Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo dewasa ini sudah menjadi salah satu tari wajib bagi murid sekolah dalam Kota Banda Aceh sebagai mata pelajaran kesenian muatan lokal. Karena pada akhir tahun l980an nasib tarian ini hampir punah dan kembali diperkenalkan pada PKA Pkan Kebudayaan AcehIII tahun l988 hingga sudah berkembang dan populer di kalangan masyarakat. Asal mula tarian ini berkembang di kawasan Pulo Besar Selatan dalam wilayah gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, sekitar 30 mil dari dararatan Kota 
    Banda Aceh. Maka tarian ini juga dengan sebutan Likok Pulo Aceh. Tarian ini sebagai media pengembangan dakwah Islam dimasa era kesultanan Aceh diciptakan oleh Ulama pendatang dari Arab yang menetap di desa Ulee Paya dibawakan oleh 12 orang penari pria sambil duduk rapat berlutut bahu membahu, dengan posisi sejajar. Di desa Ulee Paya dahulu dipertunjukan di tepi pantai atas pasir sebagai pentasnya dan hanya digelari sehelai tikar daun lontar atau pandan serta dibawakan pada malam hari sebagai hiburan rakyat sambil berdakwah. Biasanya tarian ini mulai dipertunjukan puluk 21.00 WIB sampai menjelang subuh. Gerak tari Likok Pulo komposisinya dimulai dengan gerakan salam anggukan kepala dan tangan yang diselangi gerakan pinggul. Ritme tarian saling membentang dan seling ke kiri dan ke kanan sambil melantunkan syair-syair pujian kepada Sang Khalik yang diiringi dengan musik Rapai dan vokalis nyanyian syair Aceh.

tari khas jawa timur

8 Tarian Tradisional Dari Jawa Timur

Jawa timur mempunyai wilayah yang cukup luas. Luas wilayahnya sekitar 47 Km2. Di jawa timur terdapat banyak kesenian tari-tarian yang merupakan asli dari jawa timur. Tari-tarian itu lahir dari budaya yang ada di jawa timur dan hasil kreasi para seniman yang ada di jawa timur. Setiap jenis tari mempunyai keunikan tersendiri mulai jenis pakaian yang digunakan, tempat untuk pertunjukan tari, Jenis alat musik untuk mengiringi, dan keunikan gerakan tarian itu sendiri.

Macam-macam tari yang ada di jawa timur adalah sebagai berikut:

1. Tari Taledhek

Tari tledek adalah tari pertunjukan yang dibawakan oleh seorang seniman wanita yang berprofesi sebagai penari. Tari tledek adalah jenis tari yang mempunyai umur yang sudah tua mulai pada masa kerajaan jaman kuno dulu, tari tledek sudah ada dan sering digunakan sebagai pertunjukan oleh keluarga kerajaan atau bangsawan pada jaman dulu. Sampai sekarang tari tledek masih sering dipertunjukkan pada acara-acara seperti pesta dan lain sebagainya.erprofesi sebagai penari.

2. Tari gandrung Banyuwangi
Tari gandrung adalah Tarian pergaulan . Gerak dasar tari gandrung ini merupakan perkembangan dari tari sakral yang disebut Seblang.
Ada 3 bagian dalam tari gandrung, yaitu:

  1. Jejer, berisi ucapan selamat datang untuk para tamu.
  2. Gandrung, Secara bergantian tukang gedog atau tukang mengatur giliran menari, mempersilahkan para tamu untuk menari dengan penari gandrung.
  3. Seblang, Ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa

3.  Drama Tari Wayang Topeng

Tari wayang topeng berasal dari daerah malang tepatnya di daerah Jabung, Jatiguri, Banjarsari, Kedungmonggo kabupaten malang. Drama tari wayang topeng pada  umumnya menggelar cerita tentang Panji. Didaerah Madura terdapat wayang topeng yang disebut dengan  Topeng Dalang dengan cerita Mahabarata.
Didaerah Situbondo tepatnya di Kraksaan dan Panarukan  dikenal dengan nama wayang Kerteh, nama ini disesuaikan dengan nama dalang wayang topeng sekitar tahun 1930 yaitu Kartosuwignyo.

4. Tari Tayub

Tari tayub dikenal oleh masyarakat jawa timur, namun secara umum tari ini tidak dapat dipisahkan dari provinsi yang beribukotakan di Surabaya tersebut. Tari tayub termasuk jenis tari pergaulan yang dibawakan oleh para wanita berparas ayu nan lemah gemulai. Kolaborasi antara gerakan, musik, dan lagu jawa menambah keunikan terhadap tari kelompok ini.

5. Tari Jejer

Tari jejer adalah sebutan lain dari tari gandrung banyuwangi, yakni sebuah kesenian pertunjukan yang menampilkan gerakan berirama dari para penarinya.

Musik pengiring dari tarian khas kabupaten banyuwangi ini tergolong sangat unik yakni berupa gong dan kempul yang secara bersamaan ditabuh hingga menimbulkan nada lagu unik. Properti yang dikenakan oleh para penari jejer juga tergolong sangat tradisional.

6. Tari Seblang

Tarian seblang adalah jenis tari yang berasal dari Banyuwangi Jawa Timur sebagai salah satu acara adat bersih desa. Kesenian ini tergolong sangat berbeda dengan kesenian tari yang lain, pasalnya para penarinya diyakini ditunjuk oleh salah seorang dukun di desa setempat.

Di daera Banyuwangi sendiri terdapat 2 jenis tari seblang yang hingga kini kerap dipertunjukkan pada acara bersih desa seusai hari raya idul fitri maupun idul adhan.

7. Tari  Remo

Tari remo berasal dari Jombang. Konon tari yang pertama kali dikenal oleh masyarakat Desa Ceweng ini diciptakan oleh seorang pengamen dari daerah tersebut. Dalam perkembangannya, tari remo sangat dikagumi oleh masyarakat Jawa Timur, bahkan saat ini tari remo juga menjadi salah satu tarian pembuka dalam sebuah pertunjukan kesenian Ludruk  yang sangat terkenal.

Keunikan gerakan tari remo bisa kita lihat dari gerak kaki yang energik sehingga identik dengan suasana ceria dan bahagia. Busana atau kostum yang menjadi properti tari remo yang dikenal terdapat tiga jenis yakni gaya surabayan, jombangan, dan sawunggaling.

8. Tari Jaranan

Tari jaranan atau disebut juga dengan tari jaran kepang adalah tarian kesenian tari tradisional yang dimainkan oleh para penari dengan menaiki kuda tiruan yang tebuat dari anyaman bambu. Tari jaranan menggambarkan seorang perajurit atau pahlawan yang gagah perkasa sedang menunggang kuda. Tarian jaranan juga sering dibumbui dengan pertunjukan atraksi kesurupan. Selain kaya akan nilai seni dan budaya, tarian ini juga sangat kental akan kesan magis dan nilai spiritual. Tari Jaranan ini merupakan kesenian yang sangat terkenal di Jawa Timur, di beberapa daerah di Jawa Timur kesenian jaranan ini masih tetap hidup dan di lestarikan. Salah satunya adalah kabupaten Kediri yang menjadikan tarian ini sebagai tarian khas dan paling sering dipakai untuk pertunjukan pada hari-hari besar nasional.

tari tradisional sumtra utara

. Tari Tradisional Karo Sumatera Utara - Tari Gundala - Gundala

tari khas bali

TARI BALI TRADISIONAL
Tari Pendet diciptakan oleh dua orang maestro tari Bali yaitu I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng pada tahun 1950. Pada awalnya tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadah umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Menurut tradisi Bali, para penari Pendet haruslah gadis yang belum menikah, karena dalam tarian tersebut mereka membawa saji-sajian suci untuk para dewa. Namun lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah tari Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern pada tari ini adalah I Wayan Rindi  pada tahun 1967.
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis. Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya. Adapun orkes gamelan yang mengiringi tari Pendet ini ialah gamelan gong, atau gamelan palegongan, atau gamelan semar pagulingan. Tari Pendet merupakan tarian masal yang bisa dibawakan oleh empat penari, enam penari, delapan atau lebih.
Tari Gopala
Tari Gopala merupakan tarian yang bertemakan kerakyatan yang ditarikan sekelompok anak-anak atau remaja Putra, dimana tarian ini digarap oleh I Nyoman Suarsa sebagai penata tari dan I Ketut Gede Asnawa,MA sebagai penata tabuh, diambil dari penggalan cerita pragmentari : “STRI ASADHU” Karya Ibu Ketut Arini,S.St. Tarian ini diciptakan pada tahun 1983. Gopala adalah sebuah istilah dalam bahasa Kawi yang berarti penggembala sapi. Tarian ini merupakan tari kelompok, dan biasanya ditarikan oleh 4 sampai 8 orang penari putra. Dalam tarian Gopala  ini menceritakan aktivitas yang dilakukan oleh para pengembala di ladang pertanian/sawah. Semua aktivitas tadi dituangkan kedalam bentuk garapan tari misalnya: gerakan binatang sapi, memotong rumput, menghalau burung, membajak sawah, menuai padi dan gerak lain-lainnya yang berhubungan dengan aktivitas petani. Gerak tersebut di atas di olah menjadi pola garap yang berbau baru dengan nuansa estetika kekinian. Gerakan tari ini menjadi hidup apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh dan semangat.
Tari Puspanjali
Puspanjali (puspa = bunga, anjali = menghormat) merupakan sebuah tarian penyambutan yang ditarikan oleh sekelompok penari putri (biasanya antara 5-7 orang). Menampilkan gerak-gerak lembut lemah gemulai yang dipadukan dengan gerak-gerak ritmis yang dinamis, tarian ini banyak mengambil inspirasi dari tarian-tarian upacara Rejang, dan menggambarkan sejumlah wanita yang dengan penuh rasa hormat menyongsong kedatangan para tamu yang datang ke pulau mereka. Tari ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (penata tari) dan I Nyoman Windha (penata tabuh pengiring) pada tahun 1989.
Tari Baris Tunggal
Tari Baris merupakan salah satu tarian sakral yang digunakan oleh umat Hindu di Bali sebagai pelengkap di suatu upacara keagamaan agama Hindu di Bali. Sifat sakral dalam tari Baris ialah, bahwa tari ini merupakan sebuah tarian untuk membuktikan kedewasaan seseorang dalam segi jasmani. Kedewasaan seseorang pria dibuktikan dengan mempertunjukkan kemahiran dalam olah keprajuritan yang biasanya disertai dengan kemahiran dalam memainkan senjata perang. Maka dari itu, tari Baris selain merupakan tarian sakral  juga merupakan tari kepahlawanan. Adapun ciri khas dari tari Baris ialah, pertama tari ini lebih menonjolkan ketegapan dan kemantapan dalam langkah – langkah kaki serta kemahiran memainkan senjata perang. Kedua, pakaiannya juga mempunyai corak yang khas, yaitu penutup kepalanya bebebtuk kerucut, dan penutup badannya terdiri dari baju panjang serta hiasan kain – kain kecil panjang yaitu awir dan lelamakan.
Tari Baris terbagi menjadi 2 bagian, salah satunya adalah tari Baris Tunggal. Tari baris tunggal merupakan tarian sakral yang digunakan pada saat Upacara Pitra Yadnya yaitu Karya mamukur, dimana disini tari baris tunggal berfungsi sebagai sarana penghatur punia atau persembahan bagi para leluhur yang dihantarkan dengan mantra-mantra suci Sulinggih dan alunan gamelan pengiring tari baris tunggal itu sendiri. Tari baris tunggal merupakan tarian lepas yang dibawakan oleh seorang laki-laki, dimana menggambarkan seorang prajurit gagah perkasa yang memiliki kematangan jiwa dan kepercayaan dimana itu diperlihatkan dengan gerakan tari yang dinamis dan lugas. Berbeda dengan tari Baris Tunggal sakral, tari Baris Tunggal Profan juga biasanya ditampilkan sebagai tari lepas dalam beragam pagelaran seni pertunjukan balih-balihan
Tari Genjek
genjek
Tari Genjek adalah salah satu jenis kesenian tradisional yang sampai saat ini masih berkembang di Karangasem. Seni Genjek ini awalnya merupakan salah satu seni karawitan, dimana penampilannya pada setiap kesempatan tidak terlalu banyak menggunakan berbagai jenis instrumen seperti yang terdapat pada seni kerawitan lainnya. Elemen yang paling dominan dipakai dalam seni Genjek ini adalah elemen suara (vocal) yang dikemas dalam bentuk tembang atau gending.
Disamping terdapat beberapa alat musik lain yang dipakai sebagai pengiring, yang paling unik dalam penampilan seni Genjek ini adalah adanya sarana lain yang menyertai, yang berupa minuman khas Bali, yaitu tuak. Bermula dari acara kumpul-kumpul sambil minum arak dan tuak, beberapa orang yang sudah hilang kendali dalam artian mabuk, mereka mengeluarkan suara-suara yang tidak tentu dan akhirnya disahuti dengan yang lainnya. Kesan senang dan gembira terpancarkan dari cara mereka mengungkapkan kata-kata dengan berirama selayaknya sebuah lagu tersebut. Sebagian orang lainnya akan menirukan suara musik sebagai pelengkap dari genjek khususnya suara kendang dan kempul.
Kreativitas pun terus berjalan dengan masuknya para wanita yang ikut menyanyi, supaya sahut-menyahut dalam lagu menjadi lebih hidup. Tiba-tiba masuk pula alat tabuh angklung bambu (gerantangan) yang biasa mengiringi tari joged. Maka seni genjek mengalami perjalanan yang demikian cepat, dari seni mabuk menjadi seni koor khas Bali dengan irama yang demikian enerjik. Apalagi unsur mabuknya kemudian berangsur dihilangkan, serta masuknya tarian joged yang membuat tarian ini semakin bervariasi.
Tari Gabor
Tari ini merupakan tarian wanita yang mirip dengan tari Pendet. Bahkan sebenarnya tari ini hanya merupakan variasi lain dari tari Pendet, namun pembendaharaan geraknya lebih banyak, diambil dari gerak-gerak tari upacara seperti Rejang. Tari Gabor biasanya ditarikan oleh dua orang penari wanita atau lebih. Tari ini diciptakan oleh I Gusti Raka (dari Saba) seorang dosen ASTI Denpasar pada tahun 1969. Tarian yang sejenis kemudian diubah oleh I Wayan Beratha guru SMKI Denpasar pada tahun 1970. Pada tahun 1972 I Wayan Beratha menciptakan tarian yang sejenis yang dinamakan tari Panyembrama
Tari Condong
Tari Condong adalah sebagai pelestarian budaya Bali dalam upaya mengajegkan Bali. Awalnya tarian ini menampilkan dua penari yang menyimbolkan dua bidadari dari sorga yaitu bidadari Supraba dan Wilotama. Namun, dalam perkembangannya sekitar tahun 1930-an, muncul ide seniman untuk melengkapinya tarian ini. Tarian ini menjadi lebih hidup dengan mengisahkan suasana kerajaan yakni menampilkan tingkah polah sang raja dan sang abdi.
Walaupun tarian ini merupakan tarian dasar yang harus dikuasai oleh penari, hingga saat ini tak ada yang tahu siapa pencipta tarian klasik ini.

nama nama tarian tradisional di indonesia

Nama-nama Tarian Tradisional Di Indonesia Beserta Daerah Asalnya

Tarian Tradisional di Indonesia tentunya ada banyak dan beranekaragam, ini merupakan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Kita harus bisa menjaga dan melestarikannya, jangan sampai hilang ditelan zaman atau bahkan diakui negara lain sebagai budaya miliknya. Dan dibawah ini adalah nama-nama tarian tradisional di Indonesia beserta daerah asalnya, silahkan disimak:
Source : https://www.flickr.com/photos/eugeniairvani/6045979790/

Nama-nama Tarian Tradisional di Indonesia

Nama-nama Tarian Tradisional di Indonesia Beserta Daerah Asalnya

  1. Tarian yang berasal dari Provinsi Nangroe Aceh Darusalam seperti Tari Seudati, Tari Saman Meusekat, dan lainnya.
  2. Tarian yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara seperti Tari Serampang Dua Belas, Tari Tor-tor dan yang lainnya.
  3. Tarian yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat seperti Tari Piring, Tari Payung dan yang lainnya.
  4. Tarian yang berasal dari Provinsi Riau seperti Tari Tandak, Tari Makan Sirih, dan yang lainnya.
  5. Tarian yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau seperti Tari Serampang Dua Belas, dan yang lainnya.
  6. Tarian yang berasal dari Provinsi Jambi seperti Tari Sekapur Sirih, Tari Selampir Delapan, dan yang lainnya.
  7. Tarian yang berasal dari Provinsi Bengkulu seperti Tari Andun, Tari Bidadari Teminang Anak, dan lainnya.
  8. Tarian yang berasal dari Provinsi Sumatera Selatan seperti Tari Tanggai, Tari Putri Bekhusek, dan yang lainnya
  9. Tarian yang berasal dari Provinsi Bangka Belitung seperti Tari Campak dan yang lainnya.
  10. Tarian yang berasal dari Provinsi Lampung seperti Tari Jangget, Tari Melinting, dan yang lainnya.
  11. Tarian yang berasal dari Provinsi Banten seperti Tari Merak, Tari Cokek, dan yang lainnya.
  12. Tarian yang berasal dari Provinsi DKI Jakarta seperti Tari Topeng, Tari Yopong, dan lainnya.
  13. Tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Barat seperti Tari Jaipong, Tari Topeng Kuncaran, Tari Merak, dan yang lainnya.
  14. Tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah seperti Tari Serimpi, Tari Blambang Cakil, dan yang lainnya.
  15. Tarian yang berasal dari Provinsi DI Yogyakarta seperti Tari Serimpi Sanggu Pati, Tari Bedhaya, dan yang lainnya.
  16. Tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Timur seperti Tari Remong, Tari Reog Ponorogo, dan yang lainnya.
  17. Tarian yang berasal dari Provinsi Bali misalnya Tari Legong, Tari Kecak, Tari Pendet, dan lainnya.
  18. Tarian yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat seperti tari Mpa Lenggogo, Tari Gandrung, dan yang lainnya.
  19. Tarian yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur seperti Tari Perang, Tari Caci, dan yang lainnya.
  20. Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Barat seperti Tari Monong, Tari Zapin Tembung, dan yang lainnya.
  21. Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah seperti Tari Tambun dan Bungai, Tari Balean Dadas, dan yang lainnya.
  22. Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Selatan seperti Tari Baksa Kembang, Tari Radab Rahayu, dan yang lainnya.
  23. Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Timur seperti Tari Gong, Tari Perang, dan yang lainnya.
  24. Tarian yang berasal dari Provinsi Kalimantan Utara seperti Tarian Kancet Ledo, dan yang lainnya.
  25. Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan seperti Tari Kipas, Tari Bosara, dan yang lainnya.
  26. Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah seperti Tari Lumense, Tari Moduai, Tari Peule Cinde dan yang lainnya.
  27. Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara seperti Tari Balumpa, Tari Dinggu, dan yang lainnya.
  28. Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Utara seperti Tari Maengket, Tari Polo dan yang lainnya.
  29. Tarian yang berasal dari Provinsi Sulawesi Barat seperti Tari Toerang Batu, dan yang lainnya.
  30. Tarian yang berasal dari Provinsi Gorontalo seperti Tari Saronde, dan yang lainnya.
  31. Tarian yang berasal dari Provinsi Maluku seperti Tari Lenso, Tari Cakelele, dan yang lainnya.
  32. Tarian yang berasal dari Provinsi Maluku Utara seperti Tari Perang, Tari Nahar Ilaa, dan yang lainnya.
  33. Tarian yang berasal dari Provinsi Papua seperti Tari Selamat Datang, Tari Musyoh, dan yang lainnya.
  34. Tarian yang berasal dari Provinsi Papua Barat seperti Tari Suanggi, Tari Perang Papua, dan yang lainnya.

jenis jenis ulos

Ulos merupakan pakaian adat dari Sumatera Utara. Ulos adalah kain tenun khas Batak, yang secara harfiah berati selimut yang menghangatkan tubuh; melindungi dari terpaan udara dingin. Ulos bisa merankan berbagai fungsi sandang, sebagai selendang, sarung, penutup kepala, dan lain sebagainya. Hari ini, Ulos masih lestari di lingkungan masyarakat Sumatera Utara. Ulos telah dengan mulus berakulturasi dengan berbagai jenis sandang modern, seperti kemeja dan jas.
Ulos dianggap sebagai peninggalan leluhur orang Batak, yang merupakan bangsa yang hidup di dataran-dataran tinggi pegunugan. Dengan maksud tetap menjaga tubuh tetap hangat, kain Ulos mereka kenakan untuk menghalau dingin selama mereka berladang dan beraktivitas lainnya. Konon, dari tradisi ini juga lahirnya uangkapan bahwa, bagi leluhur orang Batak, ada tiga sumber yang memberi kehangatan pada manusia, yakni matahari, api dan Ulos. Jika sumber panas matahari dan api terbatas oleh ruang dan waktu, maka tidak demikian dengan Ulos, yang bisa memberi kehangatan kapanpun dan dimanapun.
Ulos dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, dari mulai sebagai kain penutup kepala, penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain sebagainya. Ulos dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang berbeda-beda, misalnya pada masyarakat Batak Simalungun, Ulos penutup kepala wanita disebut suri-suri, Ulos penutup badan bagian bawah bagi wanita disebut ragipane, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Ulos dalam pakaian pengantin Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang disebut dalihan natolu, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (sarung).
Muhar Omtatok, salah seorang Budayawan Simalungun, berpendapat bahwa, awalnya Gotong (Penutup Kepala Pria Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap (Berwarna putih untuk upacara kemalangan, disebut Gotong Porsa), namun kemudian, Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga menggemari tren penutup kepala ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik, dari kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian orang Simalungun dewasa ini suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.
Sementara, Ulos penutup kepala pada masyarakat Batak Toba dikenal dengan sebutanSorotali.  Sortali itu sendiri adalah ikat kepala yang fungsinya seperti mahkota. Biasanya dibuat dari bahan tembaga yang disepuh dengan emas, lalu dibungkus dengan kani merah. Sortali ini digunakan pada pesta-pesta besar. Sortali digunakan laki-laki dan perempuan. Akan tetapi sama seperti ulos, penggunaan sortali tidak sembarangan dan memiliki aturan sendiri.
Masyarakat Batak Toba mengenal setidaknya 24 jenis Ulos, yakni:
  • 1) Pinunsaan,
  • 2) Ragi idup,
  • 3) Ragi hotang,
  • 4) Ragi pakko,
  • 5) Ragi uluan,
  • 6) Ragi angkola,
  • 7) Sibolang pamontari,
  • 8) Sitolu tuho nagok,
  • 9) Sitolu tuho bolean,
  • 10) Suri-suri na gok,
  • 11) Sirara,
  • 12) Bintang maratur punsa,
  • 13) Ragi huting,
  • 14) Suri-suri parompa,
  • 15) Sitolu tuho najempek,
  • 16) Bintang maratur,
  • 17) Ranta-ranta,
  • 18) Sadun toba,
  • 19) Simarpusoran,
  • 20) Mangiring,
  • 21) Ulutorus salendang,
  • 22) Sibolang resta salendang,
  • 23) Ulos pinarsisi, dan
  • 24) Ulos tutur pinggir.

baju tradisional maluku

PAKAIAN ADAT MALUKU
Sebagian besar pakaian adat hanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti pernikahan, upacara adat dan lain-lain. Di daerah Maluku pakaian adat disebut Pakaian baju Cale atau kain Selele. Pakaian adat ini biasa digunakan sebagai pelatikan raja, cuci negeri, pesta negeri, acara panas pela dan lain-lain. Ciri-ciri dari baju Cele ini terlihat dari motif garis-garis yang geometris/berkotak-kotak kecil. Baju cele ini biasanya dikombinasikan dengan kain sarung yang warnanya tidak terlalu jauh berbeda, harus seimbang dan serasi dan di kombinasi dengan kain yang pelekat yang disalele yaitu disarung dari luar dilapisi sampai batas lutut dan dipakai Lenso (sapu tangan yang diletakan di pundak). Pakaian ini dipakai tanpa pengalas kaki atau boleh juga pakai selop. Konde/sanggul yaitu konde bulan yang diperkuat lagi dengan tusukan konde yang disebut haspel yang terbuat dari emas atau perak. Selain itu ada juga  Baju Nona Rok
Kebaya putih tangan panjang berlengan kancing dari jenis kain Brokar halus.
Pengikat pinggang terbuat dari perak yang disebut pending. Pada bagian bawah mungkin sedikit modern yakni memakai Sepatu vantovel berwarna hitam dan berkaos kaki putih. Selain itu pada pakaian perempuan mengenakan Rok yang dibuat/dijahit lipit kecil sekali dari jenis kain motif kembang kecil-kecil warna merah atau orange. Seperti halnya orang Jawa Pada, pada bagain atas perempuan menggunakan konde yang dibuat dari rambut asli atau konde palsu yang siap dipakai yaitu konde Bulan. Selain itu ada juga bagian-bagain perlengkapan konde sebagai berikut:
  1. Tusuk konde disebut Haspel yang dibuat dari emas atau perak.
  2. Kak kuping 4 buah ditusuk pada lingkaran konde bentuknya seperti kembang terbuat dari perak atau emas.
  3. Sisir Konde diletakan pada bagian tengah dari konde tersebut dibuat juga dari emas atau perak.
  4. Bunga Ron dilingkar pada konde tersebut dibuat dari bahan gabus atau Papeceda.
Sebagain besar pakaian adat hanya membuat bagian luarnya saja. Di Maluku tidak hanya membuat pakain luar, namun ada juga yang menjadi ciri khas pakaian Maluku yaitu memperhatikan pakaian dalam juga. Berikut bagian-bagian pakaian dalam seperti Cole, yaitu baju dalam atau disebut kutang yang dipakai/digunakan sebelum memakai kebaya. Ada Cole berlengan panjang tapi ada juga Cole berlengan pendek dan pada bagian atasnya diberi renda border. Cole sendiri terbuat dari kain putih, sedangkan bagian belakang dari Cole tersebut disebut belakang cole dibordir bagian belakang. Sedangkain pada bagian depan, Cole memakai kancing dan pada bagian ujung lengan diberi renda bordir. Selain itu pada golongan menengah atau orang-orang terpelajar dan keluarga goolongan pemerintahan seperti guru, pendeta. Pakaian ini disebut pakaian Nona Rok. Pakaian ini dipakai pada acara-acara penting yaitu pesta perkawianan acara kenegaraan dan lain-lain.